Tekanan Hidup; Sebuah Pijakan untuk Arah ke Depan

 

(Doc; https://www.google.com/search?q)


            Berbicara tekanan dalam hidup, bisa dikatakan semua orang pasti memilikinya terkecuali mungkin orang yang tidak normal atau dalam artian mengalami gangguan kejiwaan (gila). Cuman meskipun setiap orang memilikinya, pasti tekanan hidup yang dialami berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya saja bisa tekanan karena orang tua, tekanan karena skill yang dimiliki, tekanan dalam sebuah pekerjaan atau bahkan tekanan dari lingkungan tempat di mana ia tinggal. Semua orang pasti berusaha mengatasi tekanan hidup yang dialaminya, karena jika tidak mampu mengatasi hal tersebut besar kemungkinan ia akan mengalami stres yang berlebihan sehingga bisa berujung pada terjadinya gangguan kejiwaan. Maka dari itu, setiap diri kita diharapkan untuk mampu memanage agar bagaimana caranya sebuah tekanan dalam hidup bisa diatasi serta bisa menjadikannya sebuah pijakan untuk menjadi lebih baik dan maju lagi kedepannya.

            Ya, semua orang dapat dipastikan memiliki tekanan hidup, tidak terkecuali diri saya sendiri. Saya sangat menyadari betul akan tekanan hidup yang saya miliki (my pressure), khususnya dalam sebuah profesi. Kenapa saya korelasikan tekanan hidup dengan sebuah profesi? Karena profesi yang saya geluti berkaitan dengan kemampuan dan kemahiran berbicara di depan umum (public speaking), yang kebetulan diri saya sendiri memiliki kelemahan salah satunya dalam bidang tersebut. Jika demikian, tentu hal itu merupakan tekanan yang sangat menakutkan bagi saya sendiri, terlebih saya tidak memiliki pendidikan dasar mengenai profesi yang sedang saya geluti hari ini. Tetapi terlepas dari itu, di sisi lain profesi yang saya geluti ini merupakan sesuatu yang didambakan oleh diri saya sendiri serta saya menganggapnya sebagai pekerjaan luar biasa yang tidak mau saya lewatkan kesempatan untuk menggelutinya. Maka dari itu, wajib hukumnya bagi saya untuk bangkit dari tekanan tersebut agar tidak terjebak dalam keputusasaan lalu kemudian menghindar keluar.

            Saya tetap berusaha untuk tidak putus asa atas tekanan yang ada dan berusaha menjadikan tekanan tersebut sebuah dorongan untuk bisa memahami bagaimana dunia dalam profesi saya berjalan, kemudian mengubah kelemahan yang saya miliki menjadi sebuah kemampuan penunjang profesi yang saya geluti. Support system sangat dibutuhkan sekali, karena saya percaya hampir semua manusia selalu membutuhkan berbagai saran atau masukan dari lingkungannya. Tanpa adanya dukungan baik itu dari keluarga, sodara ataupun sebuah teman, kadang harapan untuk melawan berbagai tekanan-rintangan sangatlah minim. Sehingga saya sendiri selalu terlibat sharing berkaitan dengan tekanan atau keluhan yang saya miliki, dan terkadang berbagai masukan dari orang-orang sedikitnya dapat menenangkan diri saya.

            Dan beruntungnya, saya memiliki beberapa sodara atau bahkan teman yang kebetulan satu profesi dengan saya, sehingga sering kali mereka memberi arahan serta dorongan agar tetap maju dan bisa lebih baik lagi. Saya teringat sebuah ungkapan seseorang dalam sebuah kertas yang kira-kira ia berkata seperti ini; “orang lain bisa, kenapa saya enggak?”, nah kalimat tersebutlah yang selalu menjadi pertimbangan untuk diri saya, dan sayapun sangat sepakat dengan ungkapan tersebut. Karena ketika orang lain bisa saya pun pasti bisa, tinggal melakukan sebuah upaya untuk mewujudkannya. Sehingga dari hal itu, dorongan untuk saya adalah bagaimana kelemahan yang dimiliki tidak menjadi penghalang atau kendala dalam sebuah profesi yang sedang digeluti. Artinya, tetap berusaha meskipun hari ini belum bisa, besok saya harus bisa –begitupun seterusnya.

                Pada intinya, tekanan hidup apapun itu bentuknya serta dalam apapun itu adanya, harus bisa dijadikan sebagai pijakan yang kemudian mampu memberi dorongan kepada kita agar bisa untuk bangkit serta lebih baik lagi. Karena saya pikir, dengan adanya tekananlah kehidupan menjadi lebih berwarna, dengan adanya tekananlah kehidupan bisa –yang tadinya biasa-biasa saja- menjadi luar biasa. Bahkan saya memiliki pendapat, tanpa adanya sebuah tekanan hidup bisa dipastikan kita akan terjebak dalam kehidupan yang monoton atau bahasanya jalan ditempat. Tetapi persoalannya terletak pada bagaimana diri kita menyikapi tekanan hidup yang ada. ‘Terus berjuang atau jadi pecundang!’ bisa dikatakan motto hidup yang saya ambil, hal ini berangkat dari anggapan bahwa pada dasarnya kehidupan merupakan sebuah arena di mana didalamnya terdapat kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuat kita tersandung atau bahkan terjatuh. Maka darinya, tinggal diri kita yang tentukan apakah akan melanjutkan berjuang atau jadi pecundang yang kalah lalu kemudian menyerah serta pasrah. 


..'Satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkan mu

adalah sikap mu sendiri..'  - RA. Kartini.




#NgabubuwriteWithPenulisGarut



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Sampai Kesaktian Menjadi Kesakitan

Kampung Pulo; Enam Rumah dalam Satu Pulau

Islam dan Perilaku Sosial