Indah Ramadhan; Membersamai dan Dibersamai Keluarga
Dalam menyambut bulan suci yang penuh keberkahan ini tiada lain
nikmat yang paling berharga dan patut kita syukuri adalah bisa melaksanakannya
dengan keluarga. Mungkin pada dasarnya semua orang sepakat bahwa hal tersebut
merupakan nikmat yang luar biasa. Termasuk diri saya sendiri, begitu senang dan
bahagianya masih bisa menyambut kedatangan sekaligus keberlangsungan bulan suci
Ramadhan di tahun 2021 ini dengan keluarga yang masih utuh, setelah dua tahun
sebelumnya saya tidak bisa di rumah bersama keluarga karena alasan sekolah,
tetapi bulan Ramadhan di tahun ini semoga seperti tahun kemarin bisa
membersamai dan dibersamai keluarga sampai hari raya Idul Fitri tiba.
Tadi saya katakan
masih utuh, dalam arti semua anggota keluarga masih diberi kesehatan serta umur
yang panjang sehingga bisa sama-sama menyambutnya. Meskipun tahun ini kami tidak
dibersamai oleh seorang kaka yang setelah satu bulan kebelakang menikah dan
mengikuti suaminya terpaksa melaksanakan
ibadah puasa di luar kota. Tetapi meskipun berjarak, kita masih bisa saling
bertukar kabar melalui alat komunikasi, seperti yang ibu saya lakukan pada
pertama kali sahur, ia langsung mendapat telepon dari kaka saya lalu seperti
biasanya kita terlibat dalam sebuah obrolan kecil mengenai menu makan,
kesehatan dan lain sebagainya.
Namun kesedihan
mungkin akan terasa di akhir bulan Ramadhan nanti karena tidak bisa berkumpul
dengan kaka perempuan saya. Selain mendengar isu adanya larangan mudik, kebetulan
juga mendengar kabar kondisi kandungan kaka saya yang setelah diperiksa menurut
dokter lemah dan membutuhkan waktu untuk beristirahat. Di tahun kemarin kita
masih bisa foto bersama, saling memaafkan secara langsung dan lain sebagainya.
Mungkin tahun ini tidak demikian, tapi tidak masalah selagi kita masih diberi
kesempatan menghela nafas dan juga di beri kesehatan, kita akan tetap bisa
bertegur sapa-bercanda tawa meskipun melalui perantara.
Berbicara bulan Ramadhan,
seperti biasa aktivitas yang paling dirasakan khususnya diri saya yaitu selalu
dibangunkannya ketika menjelang sahur oleh orang tua tercinta, ya meskipun
kadang bangun dari tidur dipenuhi dengan rasa kesal karena tiba-tiba saya
dibangunkan ketika lelap. Tapi bagaimanapun itu, biarlah rasa kesal saya
menjadi sebuah dosa dan berharap mendapat ampunan dari beliau karena saya sadar
bahwa hal itu sangat patut saya syukuri. Suatu saat nanti kebiasaan-kebiasaan
tersebut akan menjadi sebuah cerita yang mungkin akan kita kenang ketika kelak
diri saya sudah menua, ketika kita sudah tidak dibangunkan lagi oleh seseorang yang
kita kenal dengan sebutan Ibu ataupun Ayah. Kemudian bagaimana tidak, rasa
syukur saya semakin meningkat ketika banyaknya curhatan dari beberapa teman
saya yang mana mereka tidak bisa merayakan bulan yang penuh berkah ini dengan
keluarga karena mungkin alasan keterbatasan waktu oleh pekerjaan. Pun rasa
syukur saya semakin meningkat lagi masih bisa membersamai dan dibersamai oleh
keluarga yang masih utuh, karena ketika menjelang masuk bulan suci Ramadhan
banyak sekali postingan di media sosial yang menceritakan betapa
rindunya-betapa inginnya mereka merayakan bulan suci dengan salah satu
keluarganya yang sudah tenang di sisi Allah dan secara otomatis tidak mungkin
bisa membersamainnya di bulan Ramadhan ini. Saya tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk masih bisa berkumpul serta bagaimana
caranya agar bisa tetap melaksanakan sahur dan buka bersama dengan keluarga. Hal
kecil itu saja yang bagi saya merupakan suatu hadiah besar dari Allah untuk diri
saya.
Setiap hari menjelang
buka puasa, rasa tidak sabar dalam diri saya semakin memuncak ketika sedang di
rumah dan sesekali menengok ke dapur saya melihat ibu sedang mempersiapkan
segalanya untuk menu berbuka. Dari mulai sirup sampai nasi dan lauk pauk yang
nantinya akan kita santap bersama setelah menahan haus serta lapar selama
seharian penuh. Memang benar, tidak ada tempat paling nyaman di dunia selain
dari pada rumah. Makanya saya selalu memegang prinsip bahwa ke manapun saya
melangkah tujuan akhir adalah rumah, karena rumahlah yang menjadi tempat di
mana segala kesah menjadi kasih.
Pada intinya, yang
masih memiliki anggota keluarga utuh manfaatkanlah untuk bisa bersama. Karena
kita tidak tahu sampai kapan kita akan bisa membersamai dan dibersamai keluarga,
baik karena pekerjaan ataupun sebuah panggilan untuk menghadap kepada-Nya. Yang
saya rasakan, keluarga merupakan satu-satunya barang mewah yang sangat berarti,
dalam keluarga saya menemukan cinta kasih kemanusiaan yang tidak saya temukan
di manapun. Selain itu, saya harap semuanya bisa menyambut bulan suci ini
dengan gembira meskipun itu dengan keluarga maupun tidak. Karena Allah masih
memberi kesempatan kepada kita untuk semakin meningkatkan keimanan dan
ketakwaan diri kita sendiri. Mudah-mudahan juga kita semua dipertemukan dengan
bulan Ramadhan tahun depan.
“Taka da tempat seindah Rumah …tak ada tempat
seindah di sana….”
-For Revenge
Home sweet home! Lanjutkan!
BalasHapusSiap kang, lg berusaha :D
Hapus