Indah Ramadhan; Membersamai dan Dibersamai Keluarga

(Doc; www.google.com)

            Dalam menyambut bulan suci yang penuh keberkahan ini tiada lain nikmat yang paling berharga dan patut kita syukuri adalah bisa melaksanakannya dengan keluarga. Mungkin pada dasarnya semua orang sepakat bahwa hal tersebut merupakan nikmat yang luar biasa. Termasuk diri saya sendiri, begitu senang dan bahagianya masih bisa menyambut kedatangan sekaligus keberlangsungan bulan suci Ramadhan di tahun 2021 ini dengan keluarga yang masih utuh, setelah dua tahun sebelumnya saya tidak bisa di rumah bersama keluarga karena alasan sekolah, tetapi bulan Ramadhan di tahun ini semoga seperti tahun kemarin bisa membersamai dan dibersamai keluarga sampai hari raya Idul Fitri tiba.

            Tadi saya katakan masih utuh, dalam arti semua anggota keluarga masih diberi kesehatan serta umur yang panjang sehingga bisa sama-sama menyambutnya. Meskipun tahun ini kami tidak dibersamai oleh seorang kaka yang setelah satu bulan kebelakang menikah dan mengikuti suaminya  terpaksa melaksanakan ibadah puasa di luar kota. Tetapi meskipun berjarak, kita masih bisa saling bertukar kabar melalui alat komunikasi, seperti yang ibu saya lakukan pada pertama kali sahur, ia langsung mendapat telepon dari kaka saya lalu seperti biasanya kita terlibat dalam sebuah obrolan kecil mengenai menu makan, kesehatan dan lain sebagainya.

            Namun kesedihan mungkin akan terasa di akhir bulan Ramadhan nanti karena tidak bisa berkumpul dengan kaka perempuan saya. Selain mendengar isu adanya larangan mudik, kebetulan juga mendengar kabar kondisi kandungan kaka saya yang setelah diperiksa menurut dokter lemah dan membutuhkan waktu untuk beristirahat. Di tahun kemarin kita masih bisa foto bersama, saling memaafkan secara langsung dan lain sebagainya. Mungkin tahun ini tidak demikian, tapi tidak masalah selagi kita masih diberi kesempatan menghela nafas dan juga di beri kesehatan, kita akan tetap bisa bertegur sapa-bercanda tawa meskipun melalui perantara.

            Berbicara bulan Ramadhan, seperti biasa aktivitas yang paling dirasakan khususnya diri saya yaitu selalu dibangunkannya ketika menjelang sahur oleh orang tua tercinta, ya meskipun kadang bangun dari tidur dipenuhi dengan rasa kesal karena tiba-tiba saya dibangunkan ketika lelap. Tapi bagaimanapun itu, biarlah rasa kesal saya menjadi sebuah dosa dan berharap mendapat ampunan dari beliau karena saya sadar bahwa hal itu sangat patut saya syukuri. Suatu saat nanti kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah cerita yang mungkin akan kita kenang ketika kelak diri saya sudah menua, ketika kita sudah tidak dibangunkan lagi oleh seseorang yang kita kenal dengan sebutan Ibu ataupun Ayah. Kemudian bagaimana tidak, rasa syukur saya semakin meningkat ketika banyaknya curhatan dari beberapa teman saya yang mana mereka tidak bisa merayakan bulan yang penuh berkah ini dengan keluarga karena mungkin alasan keterbatasan waktu oleh pekerjaan. Pun rasa syukur saya semakin meningkat lagi masih bisa membersamai dan dibersamai oleh keluarga yang masih utuh, karena ketika menjelang masuk bulan suci Ramadhan banyak sekali postingan di media sosial yang menceritakan betapa rindunya-betapa inginnya mereka merayakan bulan suci dengan salah satu keluarganya yang sudah tenang di sisi Allah dan secara otomatis tidak mungkin bisa membersamainnya di bulan Ramadhan ini. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk masih bisa berkumpul serta bagaimana caranya agar bisa tetap melaksanakan sahur dan buka bersama dengan keluarga. Hal kecil itu saja yang bagi saya merupakan suatu hadiah besar dari Allah untuk diri saya. 

            Setiap hari menjelang buka puasa, rasa tidak sabar dalam diri saya semakin memuncak ketika sedang di rumah dan sesekali menengok ke dapur saya melihat ibu sedang mempersiapkan segalanya untuk menu berbuka. Dari mulai sirup sampai nasi dan lauk pauk yang nantinya akan kita santap bersama setelah menahan haus serta lapar selama seharian penuh. Memang benar, tidak ada tempat paling nyaman di dunia selain dari pada rumah. Makanya saya selalu memegang prinsip bahwa ke manapun saya melangkah tujuan akhir adalah rumah, karena rumahlah yang menjadi tempat di mana segala kesah menjadi kasih.

            Pada intinya, yang masih memiliki anggota keluarga utuh manfaatkanlah untuk bisa bersama. Karena kita tidak tahu sampai kapan kita akan bisa membersamai dan dibersamai keluarga, baik karena pekerjaan ataupun sebuah panggilan untuk menghadap kepada-Nya. Yang saya rasakan, keluarga merupakan satu-satunya barang mewah yang sangat berarti, dalam keluarga saya menemukan cinta kasih kemanusiaan yang tidak saya temukan di manapun. Selain itu, saya harap semuanya bisa menyambut bulan suci ini dengan gembira meskipun itu dengan keluarga maupun tidak. Karena Allah masih memberi kesempatan kepada kita untuk semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita sendiri. Mudah-mudahan juga kita semua dipertemukan dengan bulan Ramadhan tahun depan.

 

“Taka da tempat seindah Rumah …tak ada tempat

seindah di sana….”

-For Revenge





#NgabubuwriteWithPenulisGarut

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Sampai Kesaktian Menjadi Kesakitan

Kampung Pulo; Enam Rumah dalam Satu Pulau

Islam dan Perilaku Sosial