Selamat Hari Pendidikan; Sebuah Pendidikan di Tengah Pesatnya Perkembangan
(https://www.google.com/search?q)
Tepat pada hari Minggu tanggal 2 Mei 2021 kemarin hari pendidikan
nasional (Hardiknas) kembali diperingati. Walaupun mungkin peringatan kali ini
sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya (pra pandemi covid), karena pada
tahun 2020 dan 2021 ini persoalan pandemi belum berhenti. Tetapi hal itu tidak
menjadi hambatan bagi semua pihak untuk memperingati hari pendidikan nasional
tersebut. Dapat kita lihat, banyak sekali masyarakat –baik itu secara instansi
maupun secara individu- memposting berbagai ucapan khususnya di media sosial
sebagai bentuk peringatan hari pendidikan nasional.
Hari pendidikan
nasional ini sudah ditetapkan sejak lama oleh pemerintah sebagai hari
bersejarah bagi dunia pendidikan. Peringatan hari pendidikan nasional ini pula
tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan peringatan hari lahir salah satu tokoh
nasional yang menjadi pelopor pendidikan untuk kaum pribumi pada masa
penjajahan. Beliau mendirikan Taman Siswa agar bisa membebaskan rakyat pribumi
dari belenggu kebodohan. Ya, siapa lagi kalau bukan Ki Hajar Dewantara, tokoh
yang erat kaitannya dan tidak bisa dilepaskan setiap kali hari pendidikan
diperingati.
Pada hari
tersebut, kita semua –khususnya yang bergelut dalam dunia pendidikan- bisa
merefleksikan segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Karena hal
tersebut merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tidak bisa kita
biarkan sebagaimana adanya. Bisa dikatakan semua manusia dengan segala
persoalannya mempasrahkan pada apa yang kita sebut dengan ‘Pendidikan’, tentu agar
kehidupan lebih layak dan manusiapun dengannya mampu menjalani kehidupan dengan
baik dan juga terarah.
Salah satunya kita
bisa merefleksikan kembali apa pentingnya pendidikan? Seperti apa hakikat dan
tujuan dari pendidikan tersebut? Bagaimana sikap pendidikan dalam menyikapi
persoalan bangsa? –seperti pelaku korupsi, tindak kejahatan dan sebagainya-
yang tidak jarang kebanyakan pelakunya lahir dari Rahim pendidikan. Terlebih lagi bagaimana upaya mempersolek wajah pendidikan agar mampu menetaskan
generasi-generasi yang bisa beradaptasi serta berkreasi dalam perkembangan
dunia dewasa ini. Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah cukup usang
untuk didengar telinga kita, tetapi tidak salah pula hal tersebut selalu kita
tanya dan renungi. Mengingat setiap tahun hari pendidikan nasional kita
peringati, sudah sepatutnya kita bertanya pula sejuah mana perkembangan dalam
dunia pendidikan itu sendiri. Di samping guna memahami kembali hal dasar dalam
pendidikan, juga guna memahami dunia pendidikan yang sedikit atau banyaknya dituntut
harus menjawab tantangan yang dibutuhkan dalam perkembangan zaman.
Perkembangan dengan
segala perubahannya yang mungkin salah satunya diakibatkan oleh kemajuan dalam
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, merubah pola serta kebiasaan-kebiasaan yang
terdapat dalam sebuah masyarakat. Dalam bidang pendidikan misalnya, sudah
hampir satu tahun lebih akibat adanya pandemi covid 19 dipaksa untuk
memaksimalkan kemajuan teknologi, yaitu dengan diberlakukannya sistem
pembelajaran online/daring. Namun apakah hal tersebut tidak menimbulkan
masalah? Justru dengan adanya sistem pembelajaran online memunculkan beberapa
masalah, karena kegiatan tersebut harus melibatkan -di samping kemampuan
menggunakan- juga kepemilikian seperti internet, smartphone, laptop dan
lain sebagainya. Untuk tingkat SMA dan Perguruan Tinggi saja kadang dihadapkan
pada kendala, baik itu dari mulai kendala kuota sampai ketidak mampuan
siswa/siswi menggunakan alat bantu teknologi tersebut. Artinya apa, jika
melihat sisi lain masyarakat kita –terlebih mungkin yang berada di daerah
terpencil atau pinggiran- belum siap sepenuhnya beradaptasi dengan segala
macam perkembangan dalam kehidupan. Teknologi dan segala perkembangannya memang
menjanjikan sebuah kemudahan, tapi bagaimana ketika sumber daya manusianya tidak mampu secara maksimal untuk memanfaatkan segala kemudahan tersebut?
Di samping
pendidikan -yang mungkin bisa dikatakan kebetulan-, sosial, ekonomi, politik pun
hari ini dan juga hari depan tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi. Lagi-lagi
persoalannya bagaimana jika justru generasinya tidak melek dengan berbagai macam
teknologi yang tersedia? Mau tidak mau, siap ataupun tidak, kita dituntut untuk
adaptif juga kreatif. Era kemajuan yang disadari ataupun tidak telah
menimbulkan sebuah persaingan ketat, dan memaksa kita tidak hanya mampu untuk adaptif
tetapi juga bagaimana caranya meningkatkan kreativitas demi menunjang
keberlangsungan dalam menjalani kehidupan. Jika tidak, bukan sebuah
kemustahilan kita tergilas dan tertinggal oleh perkembangan itu sendiri. Kalau kata Halifa Haqqi dan Hasna
Wijayanti dalam bukunya Revolusi Industri, setiap diri kita dituntut untuk
mampu bersikap adaptif jika tidak mau tergilas oleh perubahan yang berputar
begitu cepat, sebuah perubahan yang menghadirkan kompetisi bergitu kompleks.[1]
Maka dari itu, pendidikan
-khususnya yang terlembaga harus mampu menciptakan generasi yang adaptif juga
kreatif. Dalam artian, generasi yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman serta mampu memanfaatkan berbagai kemudahan untuk semakin meningkatkan
tingkat kualitas dirinya sendiri, sehingga nantinya tetap survive dan mampu untuk melakukan inovasi. Mungkin benar,
lembaga pendidikan hari ini memiliki tugas yang cukup berat. Di samping
bagaimana membentuk generasi dengan literasi digitalnya, juga lembaga
pendidikan bukan lagi berbicara persaingan lokal melainkan bagaimana setiap
generasi yang lahir dari rahimnya memiliki kompetensi secara global (bertindak lokal, berfikir global).
Dengan memperingati hari pendidikan nasional, bisa membantu kita untuk benar-benar merenungkan dan mempertimbangkan kondisi yang telah, sedang dan akan terjadi. Semoga dengannya (peringatan) dapat menjadikan dunia pendidikan yang siap menjawab tantangan dan persoalan dunia ke depan. Di samping itu, dengannya (peringatan) mampu mengkonstruk pemahaman bahwa pendidikan jangan hanya dijadikan sebagai alat formalitas oleh setiap individu hanya untuk pengakuan dalam sebuah masyarakat (status), tanpa memiliki kontribusi yang berarti bagi sebuah kehidupan –ide dan gagasannya. Sejatinya, setiap individu akan tepat memaknai pendidikan jika ia mencintai dirinya sendiri. Selamat hari pendidikan dan jadilah pendidikan yang memerdekakan, sekurang-kurangnya memerdekakan individu dari rasa takut juga rasa malas. Semoga dengannya wajah Negara bisa lebih baik lagi.
"Di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat,
di belakang memberi
dorongan".
- Ki Hajar Dewantara.
[1]
Halifa Haqqi & Hasna Wijayanti. 2019. Revolusi Industri 4.0 di Tengah
Society 5.0: Sebuah Integrasi Ruang, Terobosan Teknologi dan Tranformasi
Kehidupan di Era Distruptif. Yogyakarta: Quadrant. Hlm. 3
Komentar
Posting Komentar