Pesona Alam Bukit Tegal Munding (Buffalo Hills)
Tegal Munding atau
dengan nama familiarnya Buffalo Hills merupakan salah satu bukit yang
berada di Kabupaten Garut, tepatnya di daerah Bayongbong - Garut. Bukit ini
menjadi salah satu incaran para pendaki gunung, karena selain jarak pendakian
yang relatif dekat, juga tempat tersebut sangat tepat untuk sekedar cuci mata
menikmati pemandangan alam –tentu jika cuacanya sedang bagus, ya. Dari Garut
kota (pusat), buffalo hills ini bisa ditempuh kurang lebih sekitar satu
jam. Sementara untuk sampai ke lokasi tujuan (bukit area camp), jarak
dari perkampungan warga bisa ditempuh sekitar 2-3 jam, tentu tergantung
perjalanan si pendaki.
Berbicara masalah
biaya untuk masuk, bedasarkan pengalaman penulis tidak ada biaya resmi (simaksi)
untuk masuk ke buffalo hills ini. Pendaki cukup mengeluarkan uang
sekitar 15-20 ribu untuk penitipan kendaran di rumah warga. Kenapa tidak ada
biaya resmi? Karena berdasarkan informasi, bukit tersebut merupakan salah satu
kawasan konservasi dan resmi ditutup oleh pemerintah sehingga tidak dijadikan
lagi sebagai objek wisata. Meskipun demikian, tetap banyak sekali pendaki nakal
yang menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat rekreasi –niis, dalam hal
ini camping –termasuk penulis sendiri.
Seperti yang sudah
penulis katakan di awal, buffalo hills merupakan nama lain dari tegal
munding. Tegal sendiri bisa diartikan sebagai bidang tanah yang cukup luas,
sementara munding dalam bahasa indonesia adalah kerbau. Jadi, kemungkinan besar
pengambilan nama tegal munding didasarkan karena di tanah yang relatif luas
tersebut (bukit) dengan hamparan rumput yang hijau menjadi tempat kerbau milik
warga untuk mencari makan (diangon). Selain itu, di sana terdapat pula
satu kubangan air yang cukup luas sehingga dijadikan tempat oleh warga untuk
membersihkan dan melepas dahaga si kerbau.
Bagi para pendaki,
keberadaan kerbau inilah yang menjadi salah satu daya tariknya ketika memilih buffalo
hills sebagai tujuan berkemah (camping). Di samping menikmati
keindahan alam –bercengkrama-, juga bisa melihat secara langsung keberadaan
kerbau milik warga –seperti ketertarikan penulis.
Ketika melakukan pendakian dan bermalam di buffalo hills, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang bisa dinikmati, yaitu;
a. Melihat luasnya perkebunan warga sekitar
Perkebunan warga menjadi salah satu
alat untuk memanjakan mata pendaki, sekaligus menjadi penawar rasa lelah ketika
melakukan perjalanan menuju area camp. Sepanjang jalan setelah melewati
perkampungan, para pendaki akan menikmati pemandangan perkebunan warga sekitar
yang begitu luas dan tertata dengan rapih. Luasnya perkebunan di sana mengingatkan
penulis akan perkebunan di Dieng, dan bahkan beranggapan bahwa perkebunan itu
merupakan Dieng versi Garut.
Selain memandang perkebunan yang
sangat luas, ketika tiba di area camp para pendaki bisa melihat secara
jelas gagahnya Gunung Cikuray yang berdiri dengan tinggi.
Di samping kedua hal di atas,
melihat banyaknya kerbau yang sedang mencari makan dan berenang menjadi salah
satu pelengkap dalam menikmati alam tegal munding (buffalo hills). Seperti
yang penulis amati, ada sekitar 9 ekor kerbau milik warga yang sedang mencari
makan di dekat area camp. Walaupun katanya, dahulu kerbau yang sering
berada di lokasi tersebut berjumlah cukup banyak. Tetapi karena seiring
perkembangan zaman dan masyarakat secara perlahan sudah tidak lagi memanfaatkan
tenaga kerbau, akhirnya sebagian dari mereka menukar kerbaunya dengan rupiah
(dijual).
Itulah beberapa momen serta
keindahan yang bisa dinikmati berikut diabadikan ketika kita bermalam di tegal
munding (buffalo hills). Tetapi perlu di ingat, tegal munding bukanlah
kawasan wisata melainkan kawasan konservasi. Jadi jika berniat camping di
tegal munding, perlu hati-hati, jangan membawa terlalu banyak teman karena
khawatir tidak diperbolehkan mendaki.
Terlepas dari keindahan alamnya,
jika sedikit teoritis, tegal munding (buffalo hills) ini bisa dikatakan
sebagai tempat yang menjadi saksi perubahan sosial/perkembangan zaman. Dalam
artian, masuknya teknologi telah mengganti peralatan masyarakat, dari semula
menggunakan tenaga hewan menjadi tenaga mesin. Dahulu masyarakat sekitar menggunakan
kerbau untuk dimanfaatkan tenaganya (membajak), dan di tegal mundinglah tempat
masyarakat memberi makan (ngangon) serta membersihkan tubuh sang kerbau.
Tetapi, karena teknologi telah memasuki berbagai aspek kehidupan -dalam hal ini
tidak terkecuali bidang pertanian, banyak masyarakat yang secara perlahan
mengganti alat produksinya dengan mesin/teknologi. Sehingga mungkin jauh ke
depan, tegal munding ini hanya menjadi sebuah nama tanpa bisa kita saksikan
keberadaan munding atau kerbaunya. Wallahua’lam.
Wajib dikunjungi...👍🏻👍🏻
BalasHapusagendakan dengan yang lain, bu :D
HapusIndah juga ya
BalasHapusAslinya lebih dari ini, pak. Ga bisa diwakili cerita dan foto :D
Hapus