Spirit Keshalehan; Ritual dan Sosial || Myopinion




TAHUN BARU ISLAM 1441 HIJRIAH
2019
(Spirit keshalehan; Ritual dan Sosial)

Islam adalah salah satu agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat di indonesia. Setiap tahun pada tahun baru islam, masyarakat selalu merayakannya dengan berbagai kegiatan seperti misalnya perlombaan keagamaan, kreasi/pentas seni, pawai obor, pengajian ataupun hal lainnya yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Banyak sudut pandang yang melatar belakangi perayaan tersebut, dari mulai sebagai peringatan nilai-nilai keislaman diri, sebagai perenungan atas segala perbuatan (amal baik atau amal buruk) yang telah dilakukan maupun hal lainnya. Akan tetapi apapun itu landasan peringatannya, semoga kegiatan tersebut membawa hal yang sangat positif bagi para penganutnya, bukan hanya sekedar seremonial belaka tanpa ada makna yang akan melekat bagi sikap dan prilaku keislaman masing-masing individu.
Banyak hal yang harusnya didapatkan dari acara peringatan atau perayaan tahun baru islam tersebut, salah satunya semoga dapat menjadikan spirit ke shalehan masing-masing individu dalam menjalani hidup kesehariannya, baik itu shaleh Ritual maupun shaleh Sosial (meminjam istilah Gus Mus). Shaleh ritual artinya semoga dapat meningkatkan sisi ibadah individu yang menganutnya ke arah yang lebih baik lagi. Melaksanakan segala perintahnya serta menjauhi segala larangannya, karena dalam agama terdapat praktik-praktik yang menghubungkan langsung antara hamba dan Tuhannya (vertikal). Sedangkan shaleh sosial salah satu artinya semoga dapat menjadi individu yang sangat peduli terhadap lingkungan sosial ataupun terhadap sesamanya, karena islam sebagai agama tidak hanya mengurusi masalah aqidah saja, akan tetapi meliputi berbagai lingkup kehidupan. Seperti misalnya menjaga kebersamaan umat baik sesama agama maupun tidak seagama. Sebagaimana dalam islam menjaga hubungan kepada Allah, kepada sesama maupun kepada alam harus benar-benar terjaga (Habluminallah, Habluminannash dan Habluminal’alam).
Maka dari itu, di samping ada penekanan terhadap pelaksanaan ritual ada pula tugas yang harus dilaksanakan yaitu sosial, senada dengan yang dikatakan almarhum Abdurahman Wahid (Gusdur) ia mengatakan bahwa “Agama jangan jauh dari kemanusiaan”. Sebagaimana perilaku Nabi Muhammad SAW, berdasarkan beberapa referensi menjelaskan semasa ia masih hidup di muka bumi, ia sangat peduli terhadap kehidupan atau lingkungan sosialnya. Orang-orang yang teraniaya, tertindas, fakir, miskin, dll., sangat ia sayangi. Kemudian tidak sedikit uluran bantuan yang ia berikan kepada kaum-kaum lemah tersebut. Umat islam haruslah mencontoh pola perilaku nabi Muhammad terhadap umat manusia, jangan sampai kita hanya fokus pada sisi ritual saja sedangkan berapa ratus umat manusia yang membutuhkan bantuan diri kita tidak kita perhatikan. Bahkan saya mendapatkan satu cerita dari suadara Ali Amaludin, S. Pd terkait pola peribadahan secara individu dan sosial, ia mengangkat sebuah cerita yang diambil dalam buku sejarah perjalanan islam. Pada masa itu, ada seseorang yang benar-benar hanya fokus kepada ritual saja (ibadah personal) dan belum pernah ia lewatkan, bahkan karena fokusnya ia jarang keluar rumah akibatnya jarang berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Singkat cerita, kemudian ia meninggal dunia dan setelah masuk masa hisab ada sesuatu yang janggal; yaitu lamanya prosesi penghisaban dirinya. Lantas ia bertanya kepada Tuhan: "Kenapa yang lain diprioritaskan sedang saya di tunda-tunda?” dan Tuhanpun menjawab pertanyaannya: "Apakah engkau merasa selama hidup di dunia, hanya sibuk mengurusi diri pribadi sedangkan banyak saudara yang membutuhkan diri engkau?!". Setelah ia mendengarkan jawaban dari Tuhan, ia menangis dan merasa menyesali perbuatannya selama di dunia. Ada pesan yang dapat kita ambil dari cerita singkat tersebut, yaitu bahwasannya Tuhan tidak hanya menuntut hubungan kita dengan-Nya saja (vertikal) tetapi juga menuntut hubungan kita terhadap sesama (horizontal). Wallahua’lam.
Melihat beberapa fenomena dewasa ini, banyak peristiwa perpecahan yang mungkin saja efek dari kurangnya kepedulian atau hubungan antar sesama dan itu tidak jarang terjadi pada kelompok umat beragama, khususnya agama islam. Bukankah islam sendiri secara bahasa berasal dari kata salm yang artinya damai atau perdamaian? Bukankah pula agama sendiri secara bahasa dari sansekerta (a; tidak dan gama; kacau) tidak kacau atau teratur? Menuntun para umat atau penganutnya untuk menghindari hal-hal yang membuat kekacauan. Di sinilah salah satu fokus untuk kita renungkan kembali, tentang keberagamaan kita, tentang keislaman kita, dan lain-lain. Jangan sampai kencangnya ibadah kita kepada Allah terkalahkan oleh rintihan tangis kelaparan, kemiskinan, perpecahan, dan lain-lain. Pada intinya, haruslah seimbang baik itu ritual maupun sosial. Semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT., semoga amal ibadah kita diterima dan mendapatkan ridho dari Allah serta semoga mendapatkan hidayah untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya dan berbuat baik terhadap sesama. Aamiin. 
Selamat tahun baru islam 1441 Hijriah, semoga kita bisa semakin meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kepedulian terhadap sesama.

“Ya Allah ya tuhan kami, jauhkanlah kami dari Ego dan rasa rakus akan kepentingan diri sendiri….”



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Sampai Kesaktian Menjadi Kesakitan

Kampung Pulo; Enam Rumah dalam Satu Pulau

Islam dan Perilaku Sosial